Adapun Penciptaan Alam menurut para filosof Islam :
- Al-Farabi
Permasalahan yang muncul dalam
kajian penciptaan alam ialah, apakah alam muncul langsung dari Tuhan
atau tidak, kemudian apakah alam diciptakan dari tiada atau dari
sesuatu yang ada. Menurut Al-Farabi, alam berasal dari Tuhan, namun
melalui beberapa tahapan. Karena alam berasal dari Tuhan, maka alam
diciptakan bukan dari tiada (al-maujudu minal ma’dum / creatio ex nihilio), melainkan dari suatu potensi (esensi) yang sudah ada, langsung dari Tuhan. Rumusan kedua ini tertuang dalam teori emanasi (hazriyat al-faydh)
Rumusannya :
Tuhan sebagai Akal berpikir
tentang diri-Nya dan dari pemikirannya ini timbul satu wujud lain,
yaitu akal pertama (first intellegence, atau wujud kedua. Akal pertama
ini, karena ia berasal dari Tuhan yang esa, tanpa materi
(جوهر غير متجسم أصلا ولا مدة)
Kemudian
akal pertama (wujud kedua)memikirkan Tuhan, lalu muncul akal ketiga.
Akal ketiga memikirkan ketiga akal kedua, muncul akal keempat. Demikian
seterusnya, sampai muncul akal yang kesepuluh. Setiap akal mempunyai
wujud dan jiwanya masing-masing, sampai pada akal 10 (yang digelar
sebagai an-nafs al-kull / jiwa universal). Dari akal 10 inilah terjadinya alam semesta termasuk manusia.
- Ikhwanus Shafa
Al-farabi mengajukan teori emanasi (al-faydh),
yaitu alam semesta memancar dari kesempurnaan wujud Allah. Akan tetapi
bagi Ikhwanus Shafa menggunakan istilah lain yang disebut dengan
“al-shudur”. Al-shudur pada prinsipnya mengetengahkan proses penciptaan
alam melalui delapan tingkatan. Kedelapan fase tersebut :
- Akal fa’al / akal kulli,Merupakan
akal tertinggi, karena dia mampu berhubungan langsung dengan Allah,
akal fa’al memiliki hubungan yang erat dengan Allah, disamping karena
kemampuannya berhubungan dengan Allah, ia juga manifestasi dari Allah.
- An-nafs al-kulliyah / Jiwa Universal,
artinya inti dari jiwa seluruh alam semesta. Dari an-nafs al-kulliyah
ini kehidupan, yaitu kehidupan tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.
- Al-hayula al-ula,
yaitu materi pertama. Ketika jiwanya sudah tersedia, lalu muncul
materi pertama, sebagai bahan dari segala alam materi. Hayula al-ula
ini menjadi bahan dasar fisik dari benda-benda (ma’adin), termasuk tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.
- Al-thabi’ah al-fa’ilah, yaitu sifat-sifat natur yang melekat pada aflak dan unsur-unsur yang empat. Sifat natur itu seperti adanya api panas,dingin es dan lain sebagainya.
- Jisim muthlaq, yaitu benda muthlaq yang riil sebagai perwujudan baru dari al-hayula al-ula.
- Aflak, yaitu benda-benda angkasa yang sudah riil, sebagai perwujudan baru dari benda mutlak.- Al-anasir, yaitu unsur-unsur alam semesta seperti air, api, tanah dan angin.
- Ma’adin (mineral), hayawanat (tumbuhan), insan( manusia) dan Nabatat (tumbuhan).
Menurut Kalangan Ilmuwan
Menurut sudut pandang ilmiah ada beberapa teori tentang penciptaan alam, namun di sini pemakalah hanya memaparkan 2 teori :
o Teori Keadaan Tetap dan Teori Ekspansi dan KontraksiTeori ini berpendapat bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir
o Teori Big Bang
Menurut teori ini alam semesta
berasal dari masa yang sangat padat sekali, karena begitu padat, reaksi
inti masa tersebut meledak. Masa yang meledak tersebut berserakan,
mengambang dengan cepat menjauhi pusat ledakan, sehingga terbentuklah
alam semesta. Adapun isi dari alam semesta tersebut adalah
materi-materi hasil ledakan tadi. Setelah berjuta-juta tahun, masa yang
berserakan itu berbentuk kelompok-kelompok. Kenyataan ini yang
dikemukakan teori Big Bang, sekali lagi telah dinyatakan dalam Al-Quran
empat belas abad yang lalu saat manusia memiliki kemampuan terbatas
tentang alam semesta :
“Dan apakah orang-orang kafir
tidak mengetahui bahwasanya pada langit dan bumi itu keduanya dahulu
adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya (QS Al
Anbiyaa 30)”
Ini diartikan bahwa keseluruhan
materi diciptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik
tunggal dan membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu
dari yang lain. Mengembangnya alam semesta adalah salah satu bukti
terpenting yang ditunjukkan alam semesta yang diciptakan dari
ketiadaan. Big Bang merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah
diciptakan dari ketiadaan, dengan kata lain ia telah diciptakan Allah
SWT.
Menurut Kalangan Mutakallimin
Alam adalah segala sesuatu selain Allah. Berawal (hadis) atau tidak berawal (qadîm) nya alam, tergantung dari terbatas (mutanahi) atau tidak terbatas (ghair al-mutanahi) nya bagian yang melengkapi alam. Jika bagian yang melengkapi alam sampai pada batas tertentu (had mu’ayyan), maka batas paling akhir dari bagian tersebut itulah yang dinamakan al-jawhar al-fard (atom). Dengan kata lain al-jawhar al-fard adalah batas maksimal suatu pembagian. Disini para mutakallimîn sekaligus merobohkan argumen filsuf yang berasumsi alam itu qadîm (tak berawal). Para Mutakallimin mengatakan : jism (corpuscle)
yang dalam hal ini merupakan bagian dari alam, pada prakteknya ada
keterpautan antara satu dengan yang lain. Karena secara kasat mata,
misalnya, gajah berbeda dengan semut. Jika tidak terbatas (ghair almutanahi)
sebagaimana asumsi para filsuf, maka tidak ada bedanya antara gajah
dan semut. Padahal komponen yang tersusun dalam tubuh keduanya berbeda.
Dan hal tersebut mustahil.
Jika sudah terbukti bahwa alam (segala sesuatu selain Allah) hadis (berawal), maka sebuah keniscayaan membutuhkan pada muhdis (pencipta). Karena hadis tarjih al-wujud ‘ala al-’adam. Dalam arti, “wujud”nya alam karena mengalahkan kemungkinan “tidak ada”(‘adam).
Sehingga mengharuskan ada kekuatan dari luar yang menjadikan alam
tersebut ada dengan mengalahkan kemungkinan “tidak ada”. Sebagaimana
seorang penulis bisa menjadikan ada dan tidak adanya sebuah tulisan.
Adanya keinginan (menjadikan atau tidaknya sesuatu) tersebut itulah
yang dalam istilah ilmu kalam dinamakan al-iradah
No comments:
Post a Comment